The Art of Public Speaking

  • 0
Berbicara mungkin telah menjadi bagian yang amat lekat dengan setiap manusia, bahkan saking lekatnya kita bahkan sering melupakan dan memperhatikan esensi dari berbicara. Sebenarnya apa sih tujuan utama seseorang berbicara dengan orang lain? Ada banyak macam jawaban, ada yang mengatakan untuk bergosip, sekedar mengobrol dan mengisi waktu luang, untuk urusan bisnis, mengajar, berceramah, maupun tujuan lainnya. Namun, jika kita perhatikan berbicara itu bukan hanya sekedar mengeluarkan kata-kata dalam sebuah bahasa untuk bertukar informasi belaka. Berbicara itu sendiri punya seninya, nah yang ingin saya bahas di sini adalah seni berbicara kepada publik atau yang lebih dikenal sebagai public speaking.

Sebenarnya saya bukan seorang public speaker ataupun mahasiswa yang sedang mempelajari bidang ini, namun saya amat tertarik dengan bidang ini saat ini. Sedikit membagi pengalaman, ketika saya masih SD boleh dikatakan saya adalah seorang pemalu berat dan salah satu hal yang paling saya benci adalah ketika saya diharuskan maju dan bercerita di depan ataupun membacakan puisi. Entah kenapa setiap kali saya maju saya selalu merasakan apa yang dikatakan sebagai "demam panggung"(walaupun sebenarnya juga tidak ada panggungnya). Oleh karena itu sewaktu SD ketika disuruh maju saya selalu berusaha untuk kabur, yah intinya itu nightmare bagi saya. Tapi, sejak SMP entah kenapa saya mulai berpikir kenapa saya harus takut berbicara di depan orang-orang yang toh sebenarnya saya kenal juga dan sering ngobrol dengan saya di kelas. Banyak orang menganjurkan untuk menganggap orang-orang di depan Anda ketika Anda sedang berpidato ataupun berpuisi di depan sebagai tomat ataupun apalah yang membuat Anda tidak tegang. Entah hal itu benar atau tidak, tapi menurut saya pribadi hal ini kurang baik. Apa yang kita hadapi yah adalah orang dan fakta ini harus kita hadapi. Menurut saya yang lebih penting ditingkatkan adalah kepercayaan diri dan bukan menganggap audiens tidak ada. Karena terkadang audiens ini juga yang bisa kita ajak berkomunikasi sehingga apa yang kita sampaikan di depan nanti tidak terlalu kaku dan membosankan. Ketika saya duduk di bangku SMA dan mulai sering ada banyak tugas berpresentasi di depan kelas, kini sebaliknya tugas-tugas ini justru menjadi favorit saya di kelas dibandingkan mengerjakan soal-soal.

Berikut ini saya akan mencoba membahas sedikit tentang berpresentasi, serta berbicara di depan
dan benegosiasi.


a. Berbicara di Depan Orang Banyak

Seringkali di berbagai kesempatan kita diharuskan berbicara di depan orang banyak, baik untuk berpresentasi, berpidato, ataupun menjelaskan sesuatu. Berbicara di depan sebenarnya merupakan suatu seni persuasi atau mempengaruhi orang lain. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

  • Bersikap terbuka
    Apa yang dimaksud sikap terbuka? Ketika Anda ingin maju ke depan mungkin Anda akan merasakan sedikit tegang dan sebagainya. Cobalah bersikap terbuka kepada audiens Anda, coba katakan kepada mereka "Jujur saja sebelum maju ke depan panggung saya sempat berkeringat dingin dan amat tegang,.....". Dengan demikian audiens akan mengerti keadaan Anda dan lebih mudah menerima setiap apa yang Anda katakan.
  • Berusahalah untuk berdialog
    Ketika Anda berbicara di depan publik mungkin setiap mata akan tertuju kepada Anda, tapi ada kemungkinan juga di mana audiens akan terkantuk oleh Anda. Oleh karena itu untuk menghindari hal ini cobalah berdialog dengan mereka sehingga mereka merasa bahwa pusat perhatian bukan hanya pada Anda, tetapi Anda juga menghargai setiap audiens Anda. Sebgai seorang siswa, saya telah banyak diajari berbagai tipe guru. Ada beberapa tipe guru yang sebenarnya berkompeten di bidang yang diajarnya namun ketika mereka berbicara mereka telah memfokuskan diri pada materi-materi secara terus menerus tanpa jeda dan tidak memberi ruang bagi para siswanya untuk turut berperan dalam suatu proses belajar. Hal ini justru menyebabkan anak-anak kesal, bosan, dan malas untuk belajar. Idealnya, Anda juga harus coba menanyakan pendapat audiens, karena Anda tidak selamanya mutlak benar. Selain itu, hal ini juga membuat audiens merasa lebih dihargai keberadaannya, siapa tahu mereka punya pendapat yang lebih baik sehingga bisa menambah wawasan Anda juga.
  • Hindari pengunaan kata-kata teknis yang tidak dimengerti audiens
    Ketika Anda berbicara di depan salah satu hal yang paling utama yang Anda perlu perhatikan agar memperoleh perhatian audiens adalah berbicara sesederhana mungkin agar audiens mengerti Anda. Percuma Anda berbicara dengan bahasa yang terlalu formal bahkan terkesan kaku dan bahasa tingkat tinggi tapi audiens Anda tidak mengerti. Kalau memungkinkan gunakan bahasa pergaulan yang mudah dimengerti, dengan demikian akan membuat audiens merasa lebih nyaman. Jika konteks pembicaraanya tidak menuntut Anda berbicara terlalu formal jangan segan-segan menggunakan kata gue, loe, dsb. Jangan gunakan kata-kata aneh yang membuat audiens bingung dan usahakan menyampaikan sesuatu sesederhana mungkin. Contoh: "Menurut saya hal yang paling penting sebagai negosiator adalah menempatkan diri kita dalam perspektif orang yang diajak bernegosiasi dan dengan bergam cara meyakinkan bahwa orang yang diajak bernegosiasi berada dalam posisi yang menguntungkan." bandingkan dengan "Intinya sih waktu loe nego orang yang loe ajak nego itu pasti maunya dia yang untuk donk, nah jadinya loe harus coba mikir pake cara dia mikir. Loe harus coba buat dia sampe dia mikir eh, kalo gini gue untung nih! Waktu dia udah mikir kaya gitu nego loe pasti berhasil. Jangan sampe loe buat dia ngerasa loe lebih mentingin urusan perusahaan loe ato loe pribadi daripada profitnya si orang yang loe ajak nego." Meskipun terlihat agak panjang dan informal asalkan orang yang Anda ajak bicara mengerti, itu sah-sah saja menurut saya.
  • Selipkan candaan
    Ketika Anda berbiacara di depan jelas terkadang akan membuat orang bosan jika Anda berbicara dalam waktu yang terlalu lama. Oleh karena itu Anda harus coba mengatur tingkat keseriusan ketika Anda berbicara. Ketika audiens mulai bosan, maka Anda harus berusaha menyelipkan candaan sehingga membuat mereka fresh kembali. Usahakan masukkan candaan yang ada hubungannya dengan apa yang Anda bicarakan, sehingga selain me-refresh
    audiens, mereka juga bisa menjadi lebih mengerti apa yang Anda sampaikan. Manusia mempunyai natur untuk mengingat sesuatu dengan joke.
  • Gunakan analogi atau perumpamaan
    Dalam menyampaikan sesuatu cobalah untuk sesering mungkin memberikan analogi yang mudah dimengerti audiens. Ambilah contoh dari kehidupan Anda sehari-hari sehingga mudah diserap. Kalau mengambil contoh yang terlalu ilmiah hasilnya akan jadi tak jauh beda dengan Anda tidak memberi contoh sama sekali.

    Dengan memperhatikan hal-hal di atas nicaya Anda akan terlihat lebih hidup di depan audiens dan sukses dalam berbicara di depan publik.



    b. Bernegosiasi
Bernegosiasi yang pasti akan berusaha mempertemukan dua belah pihak atau lebih yang berusaha untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing. Oleh karena itu, jelas sebuah negosiasi tidak akan pernah berhasil jika keduabelah pihak tidak ada yang berusaha menoleransi kepentingan pihak yang diajak bernego. Kalau kita perhatikan dalam bernego ada 3 kemungkinan posis Anda dalam bernego.

1. Di atas angin

2. Netral

3. Membutuhkan pihak yang diajak bernego


 

Di atas angin maksudnya pihak yang Anda ajak bernego membutuhkan Anda, meskipun Anda juga membutuhkan mereka tetapi posisi mereka terlihat lebih memerlukan Anda. Misalkan ketika Anda membeli barang dan menawar harga barang. Kalau dalam posisi ini Anda akan cenderung lebih mudah memperjungkan kepentingan Anda, tapi sebaliknya jika Anda berada di posisi seperti nomor tiga masalahnya akan sedikit lebih rumit. Nah, dalam kasus ini Anda harus berusaha memposisikan diri Anda sebagai pihak yang Anda ajak bernego. Karena pihak yang Anda ajak bernego pasti ingin memperoleh keuntungan juga ketika memenuhi kepentingan yang Anda negokan, kalau tidak buat apa ia setuju. Dalam buku Seni Berbicara kary Larry King yang pernah saya baca ada sebuah illustrasi menarik, sayangnya saya tidak ingat secara persis berikut kurang lebih illustrasinya:

10 tahun yang lalu ketika masih SMP, salah seorang teman saya John pindah ke kota lain tanpa memberitahu sekolah mengenai kepindahannya ini. Memanfaatkan situasi ini selayaknya seorang anak nakal teman saya berusaha untuk menipu kepala sekolah kami. Ia mengatakan kepada kepala sekolah bahwa John telah meninggal, menanggapi berita ini sang kepala sekolah segera menelpon ke rumah John, namun karena ia telah pindah tidak ada orang di rumahnya yang mengangkat telepon. Oleh karena itu, ia segera memberikan kami uang untuk dana berduka atas meninggalnya John. Dengan uang ini lantas kami berpesta dan meghabiskan uang ini. Setahun kemudian di suatu upacara perayaan setahun kematian John di sekolah, tiba-tiba John muncul di lapangan. Melihat ini sang kepala sekolah lantas murka dan memanggil kami berdua ke ruang kepsek. Ia berniat untuk tidak meluluskan kami karena perkara ini. "Beraninya kalian menipu saya! Tahun ini kalian tidak akan lulus, tahun depan tidak, tidak untuk selamanya!", katanya. Teman saya sang troublemaker, lantas dengan sedikit mengejutkan berusaha bernego dengan dia "Begini ibu sebenarnya sih bukan suatu masalah bagi kami untuk tidak lulus dari sekolah, toh kami juga tidak terlalu peduli. Tapi, yang menjadi masalah adalah nama baik ibu sebagai seorang kepsek. Bisa-bisanya seorang kepsek bergelar Ph. D. mempercayai kata-kata dua anak SMP dalam hal sepenting ini dan hanya menelpon ke rumah John satu kali untuk mengkonfirmasi berita ini dan sebenarnya teleponnya pun tak diangkat. Telepon di rumhanay tidak diangkat bukan berarti John pasti meninggal, ada terlau banyak alasan, mungkin saja ia pindah dan sebagainya. Kalau sampai berita ini sampai ke media mau dikemanakan nama baik ibu. Coba ibu pikirkan!" dan dengan luar biasanya ia memenangkan nego yang sebenarnya sangat tidak menguntungkan kami dan akhirnya kamipun diluluskan.


Dalam kutipan illustrasi di atas jelas perlu kita tekankan bahwa inti daripada negosiasi adalah berusaha untuk memperjuangkan kepentingan sendiri tapi dengan cara menggunakan cara pandang orang yang Anda ajak bernego seperti pada kutipan di atas.

Demikian sedikit yang bisa saya tuliskan mengenai public speaking dan negosiasi. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar