Butterfly Effect

  • 0
Mari kita simak satu ilustrasi berikut ini:


A adalah seorang dokter Indonesia ternama yang memenangkan nobel kedokteran di tahun 2030 atas jasanya menemukan obat kanker yang selama ini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Akibat penemuannya ini lebih dari puluhan juta jiwa terselamatkan dari maut akibat kanker. 
Ok? Sekarang mari kita flashback ke tahun 1970, jauh sebelum A dilahirkan, di satu kota kecil di mana satu pertemuan romantis di antara kedua orang tua A terjadi. Seorang pemuda sedang terburu-buru bergegas menuju kantor tempatnya magang, sementara di waktu bersamaan seorang gadis muda sedang dalam perjalanannya untuk menemui temannya di salah satu kafe. Dan tiba-tiba ketika mereka berpapasan, sang gadis muda terpeleset kulit pisang yang membuatnya hampir saja terjatuh, beruntung tangan sigap sang pemuda yang berpapasan dengannya berhasil menangkap tubuh gadis muda yang hampir terjatuh itu. Alhasil tumbuhlah benih-benih cinta diantara dua pemuda-pemudi ini dari petermuan nan romantis itu. Hubungan tersebut berlanjut hinnga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah dan melahirkan seorang putra yang selanjutnya diberi nama A, seorang pria yang di tahun 2030 memenangkan nobel tadi. 

Kini, mari kita lihat background cerita ini

Pertemuan nan romantis itu bisa terjadi karena adanya satu kulit pisang. Kulit pisang itu bisa ada di situ karena di hari itu petugas kebersihan yang seharusnya bertugas di daerah itu tidak masuk kerja karena sakit DBD. Alhasil sampah termasuk kulit pisangpun bertebaran di daerah itu. Kalau kita lihat lebih ke belakang lagi, di hari sebelumnya petugas kebersihan itu sedang asyik-asyiknya nonton bola dan ia terlalu malas untuk menepuk atao mengusir nyamuk DBD yang hinggap di tangannya. Akibatnya esoknya ia terkena DBD dan tidak bisa masuk kerja. 

Sekarang mari kita bayangkan versi lain dari cerita di atas


Kini bayangkan kalau di saat itu petugas kebersihan itu sedikit saja melawan kemalasannya, ia mengangkat tangannya, ia pukul nyamuk DBD itu, maka ia akan masuk kerja keesokan harinya, tidak akan ada kulit pisang di jalan, tidak akan ada pertemuan nan romantis, dan mungkin yang ada hanyalah 2 orang asing yang seumur hidup mungkin tak akan pernah kenal satu sama lain berpapasan dan tentunya tak akan lahir A, tak akan ditemukan obat kanker, dan kematian puluhan juta nyawa pun tak terelakkan. 

Satu perbuatan yang sebenarnya sangat kecil antara menepuk nyamuk DBD ato tidak ternyata bisa mempengaruhi nasib puluhan juta jiwa!

       Inilah yang disebut Butterfly Effect alias Efek Kupu-Kupu. Awalnya Butterfly Effect adalah satu teori yang dikemukakan seorang ahli metereologi Edward Norton Lorenz yang salah satu isinya berusaha menjelaskan bahwa kepakan sayap kupu-kupu dapat menyebabkan badai pasir(untuk lebih jelasnya bisa di buka linknya di Wikipedia). Namun, jika kita pandang menggunakan sisi lain ada satu pelajaran berharga yang bisa kita petik dari teori ini.
       Banyak orang merasa bahwa dirinya kecil, tak punya kekuatan, banyak juga yang bilang "Ah, buat apa aku ngelakuin ini itu toh tak ada pengaruhnya." ato "Mana mungkin sih aku yang orang miskin dan tak punya kekuasaan ini bisa merubah dunia."
Tentu bisa! Kenapa tidak? Bahkan kepakan sayap seekor kupu-kupu pun bisa mendatangkan badai, bahkan tepok nyamuk ato tidak bisa tentukan nyawa puluhan juta orang.
Ingatlah apapun yang Anda lakukan Anda punya pengaruh! Everything matters! :)



Oh iya ada juga satu film yang tema nya membahas tentang Butterfly Effect, kalo ada waktu senggang boleh ditonton. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar