“I’m sorry, Sir. The monument is closing. Come back again earlier tomorrow.”, teriak seorang pria paruh baya menghampiri gue yang lagi asik mengabadikan ikon ibukota dari pelataran. Awalnya, gue sempat bingung kenapa tiba-tiba diajak berbincang dalam bahasa Inggris sama orang ini. Tapi setelah melihat outfit gue hari itu dengan baju kaos Jogjakarta dan sandal Joker macam turis nyasar gue mulai paham apa yang sedang terjadi. Ternyata muka oriental ditambah tripod yang gue tenteng-tenteng demi ngerjain tugas matkul foto gue berhasil mengelabui si penjaga Monas ini. Di tengah kebingungan si penjaga Monas ini kembali melanjutkan sahutannya sembari terus berjalan mendekat: “I worked at this monument. Where are you from, Sir? Are you from China?”
Berhubung lagi iseng, gue pun mengikuti jalur cerita dan sontak menjawab: “Oh no, I’m from Taipei, Taiwan.” Masih dengan muka yang excited, si penjaga monas itu mumbling beberapa kata yang menyerupai 不用客气(bu yong ke qi), gue rasa dia mau sedikit show off kemampuan bahasa Mandarinnya dan gue pun menyahut sambil tersenyum:"Oh yeah, 不用客气.” Setelah itu, si penjaga Monas ini nampaknya berusaha ngejelasin Monas dan bangunan-bangunan bersejarah di sekitarnya ke gue. “Yeah, we are closed now, you should come earlier tomorrow. Andd you see, over there there is a big mosque and a big church.”, si penjaga Monas lanjut berkisah sambil nunjuk Masjid Istiqal dan Gereja Katedral yang terlihat cukup jelas dari Monas. “Oh yeah, I’ve read about the mosque and the church.”, jawab gue. Cukup sial bagi gue, waktu itu udah mulai mau jam sholat dan si penjaga monas itu ternyata langsung ngajak gue ke Istiqal. “Do you want to come to the mosque and see Moslems praying. You see, Indonesia is not an Islam country, we’re open and you can get in to the mosque if you want.” Dalam hati gue berpikir “Wah, mati gue.Gue mesti cepet-cepet kabur”. Untung gue langsung bilang: “Oh I’d love too but I’m sory my friend is waiting over there”. Fortunately, si penjaga Monas ga tanya lebih banyak lagi dan langsung bilang “Oh oke, nice talking to you”. Berhasil menyembunyikan kedok, gua pun langsung ngacir ke tempat parkir dan fyuhhh kebohongan iseng gue berhasil~~~
Jadi, rupanya kalo mau jadi turis di Indo ga sulit-sulit amat. Lu cuma perlu modal wajah oriental or bule dikit plus outfit full of nama kota-kota di Indo. Pengalaman ini sebenarnya ga cuman terjadi sekali. Pada beberapa kesempatan di tempat yang sama, gue sempet denger beberapa tukang bajaj nyahut “Arigatou arigatou” pas gue melintas. Gue rasa mereka ngira gue asal dari negeri sakura. Hmm, jujur pengalaman ini cukup menyenangkan sih sebenernya dan menurut gue menunjukkan natur orang Indo yang ramah, apalagi sama wisatawan. Dari pengalaman ini, gue ngelihat orang Indo sebenernya lagi terus berusaha memperbaiki citra diri sebagai negara yang open. Semoga citra ini ga cuman berakhir di sekadar citra yang tengah dibangun, tapi juga wujud nyata dalam masyarakat Indo yang lebih open dan toleran. :)
Ni hao ilham xien sheng ;) or should i say arigatou ;D
BalasHapushahahaha ni hao Vina :)
BalasHapusKok bisa tiba-tiba nyasar ke blog gue yang antahberantah ini? hahaha