Menelisik Akar Kemunculan Kreativitas

  • 1


Pada pertemuan terakhir(6/3/2015) mata kuliah Creative Thinking, kelompok presentator membahas sekelumit sejarah tentang kemunculan kreativitas. Menurut kelompok presentator, kemunculan kreativitas terutama di Indonesia terkait erat dengan bencana. Kreativitas manusia pertama kali tumbuh untuk menghindari dan mencegah dampak tak terkira dari bencana. Saya kira hal ini benar adanya, kreativitas seringkali muncul di tengah-tengah kesulitan dan ketika kita berada jauh dari zona nyaman. Kebanyakan orang kreatif muncul dari latar belakang yang tidak mapan, penuh akan kesulitan hidup, dan berasal dari kalangan-kalangan yang agak termarjinalkan. Namun, bencana tentunya bukan kondisi tunggal lahirnya kreativitas. Jika tidak, hal ini akan amat mengerikan. Pastinya bukan bencana yang mengakibatkan kreativitas dapat tumbuh subur. Sebuah pertanyaan esensial selanjutnya muncul menggelitik otak saya, “Lantas apakah itu?  Hal apakah yang memicu lahirnya kreativitas di tengah-tengah bencana?” 

Mari kita bandingkan dengan situasi saat ini! Dekade-dekade terakhir ini dunia kreatif global diwarnai oleh kemunculan berbagai inovasi dan kreativitas di bidang teknologi yang dimotori oleh raksasa-raksasa perusahaan IT global. Beberapa jajaran penghuni Silicon Valley seperti Google, Facebook, Yahoo dsb yang jelas membutuhkan banyak orang-orang kreatif kini menunjukkan tren bahwa perusahaan dan kantor yang nyaman dan santai adalah hal wajib yang harus dimiliki perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini percaya bahwa inovasi dan kreativitas justru akan muncul ketika karyawannya dibuat nyaman di kantor. Sekat-sekat kubikel dihilangkan, ruang interaksi antar karyawan diperlebar, dan sarana-sarana penghilang stress disediakan khusus untuk para karyawan. 

Membandingkan dua fenomena yang mendasari kemunculan kreativitas ini, saya melihat adanya dua kondisi ekstrem yang mendasari kelahiran  kreativitas. Kreativitas yang awalnya muncul karena bencana kini dapat dirangsang dengan cara lain, yakni pembentukkan lingkungan yang nyaman dan santai. Dua hal ini jelas berbeda dan bertolakbelakang, tapi jika kita analisis lebih jauh tampak adanya satu benang merah yang dapat ditarik dari kedua kondisi ini yang menjadi syarat mutlak lahirnya kreativitas. 

Kreativitas membutuhkan situasi yang tidak biasa-biasa saja! Mediocrity is not tolerable! Entah itu tidak biasa-biasa dalam arti sangat buruk atau justru sangat baik! Kreativitas tidak dapat hidup dalam rutinitas monoton, ia harus keluar, memberontak pada rutinitas, dan menawarkan sesuatu yang baru! Layaknya produk kreatif yang dinamis, kreativitas itu sendiri pun hanya dapat muncul dari lingskungan yang dinamis. Merunut sejarah kreativitas mengajar kita untuk menelisik asal-usul lahirnya kreativitas dan bagaimana mengasahnya muncul dalam setiap pribadi kita! 

Saya berkesimpulan kreativitas muncul dari situasi yang tidak biasa-biasa saja!

1 komentar:

  1. Saya senang membaca blog ini. Saya menunggu artikel selanjutnya. Semoga fokus bahasannya tajam. Bagaimanapun kreatifitas punya banyak aspek yg mengharuskan kita untuk menfokuskan membahasnya.

    Usai membaca atau menulis seperti blog ini pikiran kita akan terus menerawang. Suatu saat akan ada mimpi yang entah bagaimana kelak terwujud.

    Saya membaca pengakuan banyak orang kreatif tentang pengembaraannya di alam mimpi dan momen-2 yang akhirnya mewujudkan mimpi itu.

    BalasHapus